Diseminasi Kurikulum Merdeka untuk Menciptakan Budaya Positif di SMAN 15 Jakarta
Jakarta, 27 Oktober 2023 – Hari Jumat, 27 Oktober 2023, menjadi momen penting bagi SMAN 15 Jakarta karena mereka menyelenggarakan kegiatan diseminasi Kurikulum Merdeka tentang budaya positif. Acara yang berlangsung dari jam 13:00 hingga 15:00 WIB ini dipandu oleh pembicara yang kompeten, Anwar Mukhtarom, seorang Calon Guru Penggerak yang menggugah semangat semua peserta.
Dalam paparannya, Anwar Mukhtarom menekankan pentingnya kesadaran dari seluruh warga sekolah, baik siswa, guru, orang tua siswa, dan berbagai pihak terkait, untuk menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Ia menggarisbawahi bahwa inisiatif untuk menjalankan perilaku positif di sekolah harus muncul secara sadar dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Jika semua komponen sekolah memiliki kesadaran akan pentingnya budaya positif, maka proses pendidikan yang baik dan berkualitas akan dapat terlaksana dengan lebih mudah.
Kolaborasi dari seluruh warga sekolah, orang tua siswa, dan pihak-pihak terkait juga dianggap sangat penting. Ini terutama terkait dengan kelanjutan pembentukan karakter positif pada siswa di luar lingkungan sekolah. Sekolah dengan budaya positif akan memberikan contoh-contoh perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari siswanya. Budaya positif di sekolah hanya dapat berhasil jika semua pihak di sekolah memiliki pikiran positif, perilaku positif, dan berbicara dengan kata-kata yang positif.
Dalam konteks budaya positif di sekolah, guru memiliki peran utama. Guru adalah teladan dan pendidik siswa. Dengan perilaku positif dan kebijaksanaan dalam berbicara, guru dapat membentuk budaya positif yang diinginkan di sekolah.
Anwar Mukhtarom juga memaparkan konsep Segitiga Restitusi sebagai bagian dari pembentukan budaya positif di sekolah. Segitiga restitusi membantu murid untuk menemukan tujuan, disiplin positif, dan memulihkan diri setelah melakukan kesalahan. Tujuan dari pendekatan ini adalah membentuk murid yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka yakini.
Langkah-langkah dalam menerapkan Segitiga Restitusi mencakup:
- Menstabilkan Identitas: Murid perlu memahami siapa mereka dan mengapa mereka berada di sekolah. Ini adalah langkah awal dalam memahami kesalahan yang mereka buat.
- Validasi Tindakan yang Salah: Mengakui kesalahan adalah langkah berikutnya. Murid perlu memahami bahwa tindakan mereka adalah kesalahan.
- Menanyakan Keyakinan: Melalui diskusi dan pertanyaan, murid diajak untuk memahami keyakinan mereka dan mencari jalan pemulihan.
Penerapan Segitiga Restitusi melibatkan inisiatif dari murid yang melakukan kesalahan untuk menebus kesalahan mereka. Tujuan utama adalah pemulihan, bukan hanya mengurangi kerugian yang dialami oleh murid yang menjadi korban. Proses ini tidak hanya mengajarkan murid untuk tidak melakukan kesalahan yang sama lagi, tetapi juga bagaimana mereka dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan memberikan dampak positif pada orang lain.
Dengan diseminasi Kurikulum Merdeka dan penekanan pada budaya positif serta penerapan Segitiga Restitusi, SMAN 15 Jakarta berkomitmen untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik, di mana siswa dapat tumbuh dan berkembang dalam budaya positif yang mendukung pembelajaran dan perkembangan karakter mereka. Semoga upaya ini dapat membawa perubahan positif yang signifikan di lingkungan sekolah dan di luar sekolah bagi seluruh warga sekolah SMAN 15 Jakarta.